JAKARTA, KOMPAS.com - Penyanyi Agnez Mo akhirnya menjelaskan perihal pernyataannya saat wawancara dengan Build Series by Yahoo, di Amerika.
Secara tidak langsung, perempuan 33 tahun ini menegaskan bahwa ia bangga menjadi bagian dari warga negara Indonesia.
Kemudian, ia menjelaskan bahwa pernyataannya mengenai darah Indonesia adalah ingin menunjukan betapa beragamnya suku bangsa yang ada di tanah air.
Baca juga: Agnez Mo dan Kontroversi soal Darah Indonesia
Dengan keragaman itu, Agnez justru ingin memberitahu pada dunia bahwa ia bisa diterima dengan baik walaupun termasuk minoritas di Indonesia.
Sebelumnya, video sesi wawancana Agnez tersebut sempat dipotong dan menjadi viral.
Pasalnya, dalam secuil video tersebut, penyanyi yang baru saja merilis lagu "Nanana" ini mengungkapkan bahwa ia hanya lahir di Indonesia. Sedangkan, ia sesungguhnya berdarah Jerman, Jepang, dan China.
Otomatis, publik di tanah air yang hanya melihat secuil dari video wawancara itu menjadi geram.
Sebab, Agnez memang diketahui warga negara Indonesia. Bahkan, merintis karirnya di industri hiburan di tanah air.
Baca juga: Agnez Mo: Kalau Enggak Bangga Jadi Orang Indonesia, Ngapain Aku Bawa Terus?
Berkait ucapan Agnez yang menjadi kontroversial itu, sebenarnya bukan hanya Agnez yang memiliki darah atau keturunan dari percampuran banyak bangsa.
Diketahui, bangsa Indonesia memang bangsa yang sangat kosmopolitan.
Beberapa waktu lalu, bahkan Ariel NOAH terbukti memiliki DNA dari India hingga Yunani.
Hal itu terungkap setelah pemilik nama asli Nazril Irham itu menjadi salah satu dari 15 relawan yang mengikuti tes DNA dalam riset Penelusuran Leluhur Orang Indonesia Asli.
Hasil tes DNA tersebut dipamerkan dalam pameran ASOI: Asal Usul Orang Indonesia yang digelar Majalah sejarah berbasis online Historia.id di Museum Nasional, Jakarta Pusat, pada 15 Oktober - 10 November 2019.
Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bila Ariel memiliki empat perpaduan DNA.
Baca juga: Disebut Lupa Asal Usul, Agnez Mo: Saya Tidak Bisa Memilih DNA
DNA tersebut terdiri dari South Asian sebesar 79,78 persen (India, Bangladesh, Tamil, Nepal), East Asian sebesar 15,14 persen (Jepang), Asian Dispersed 5,02 persen (Asia-Amerika), dan Middle Eastern 0,05 persen (Cypriot-Yunani).
Bonnie Triyana selaku Pemimpin Redaksi Historia.id mengatakan, penelitian ini untuk memberi pencerahan terhadap masyarakat yang beberapa waktu belakangan termakan politik identitas hingga berdampak buruk dalam struktur sosial.
"Dengan pengetahuan mendalam mengenai DNA, harapannya kita lebih bertoleransi, mampu memahami perbedaan satu sama lain, dan menjaga keutuhan bangsa dan budaya," tambah Bonnie, Selasa (15/10/2019).
Baca juga: Bongkar Sosok Ariel NOAH Saat Belia, Guru SMP: Jago Gambar, Dikejar-kejar Cewek
Hal senada juga dilontarkan oleh Direktur Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Triana Wulandari.
Ia menganggap pameran ini menjadi penting untuk mengedukasi masyarakat agar lebih dewasa.
"Tes DNA ini menjadi jawaban untuk memelekkan bahwa asal usul orang Indonesia beragam. Sehingga tak ada lagi mengkotak-kotakan," ucap Triana di lokasi yang sama.
Baca juga: 3 Pengakuan Ariel Noah Tentang Perempuan di Konser Marcell
Penelitian ini juga ditujukan untuk menjawab dari mana asal usul bangsa Indonesia yang memiliki sebanyak 700 lebih bahasa dan 500 populasi etnik dengan budaya yang beragam.
Dalam penelitian genetik ini memakai metode DNA mitokondria yang diturunkan melalui jalur maternal atau ibu. Lalu, kromosom Y yang hanya diturunkan dari sisi paternal atau ayah, serta DNA autosom yang diturunkan dari kedua orangtua.
Penanda genetik itu pun menunjukkan bukti adanya pembauran beberapa leluhur genetik yang datang dari periode maupun dari jalur yang beragam.
Baca juga: Agnez Mo Maafkan Pemotong Video Wawancaranya soal Darah Indonesia
Hasil penelitian DNA ini disajikan dalam bentuk pameran yang disandingkan dengan berbagai benda prasejarah hasil peradaban manusia selama berpuluh-puluh ribu tahun.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui dari mana leluhur bangsa Indonesia.
Kegiatan tersebut didukung Direktorat Sejarah, Direktorat Cagar Budaya dan Permuseuman, Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI serta Museum Nasional.
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMigwFodHRwczovL3d3dy5rb21wYXMuY29tL2h5cGUvcmVhZC8yMDE5LzExLzI3LzE1MTk1NjU2Ni9nYWR1aC1kYXJhaC1hZ25lei1tby1hcmllbC1ub2FoLXRlcm55YXRhLW1pbGlraS1kbmEtaW5kaWEtZGFuLXl1bmFuaT9wYWdlPWFsbNIBemh0dHBzOi8vYW1wLmtvbXBhcy5jb20vaHlwZS9yZWFkLzIwMTkvMTEvMjcvMTUxOTU2NTY2L2dhZHVoLWRhcmFoLWFnbmV6LW1vLWFyaWVsLW5vYWgtdGVybnlhdGEtbWlsaWtpLWRuYS1pbmRpYS1kYW4teXVuYW5p?oc=5
No comments:
Post a Comment