Pages

Thursday, December 26, 2019

Miris, Kisah Anak Deddy Dores Jadi Tukang Ojek dan Kuli Bangunan - Haibunda

Jakarta - Roda kehidupan itu berputar, Bunda, seperti dialami Calvin Dores, putra almarhum musisi Deddy Dores. Selepas kepergian sang ayah, bisa dikatakan kehidupan keluarga mereka jadi cukup sulit.

Untuk menopang kehidupan keluarga, Calvin memilih bekerja sebagai pengemudi ojek online (ojol). Calvin sendiri sudah bergabung menjadi driver ojol sejak 2016 lalu.


"Saya sudah lama jadi (driver) ojol dari 2016, jadi baru-barunya ojol ya masih hangat-hangatnya," ucap Calvin Dores, dikutip dari InsertLive.


Salah satu alasan Calvin jadi pengemudi ojol adalah karena ia tidak suka dikekang. Ia memilih pekerjaan yang bisa memberinya banyak waktu luang.

"Kenapa jadi ojol, satu saya nggak suka dikekang, banyak teman yang nanya nggak kerja kantoran ya karena saya nggak biasa kerja dikekang, kalo gitu pikiran saya ke mana-mana," ucapnya.

"Jadi memang karena saya suka jalan sama kalo ngojek gitu kan simpel, kita nggak diatur, cari uang seenaknya kita gitu kan ya itu yang saya ambil akhirnya," sambungnya.

Miris, Kisah Anak Deddy Dores Jadi Tukang Ojek dan Kuli BangunanMiris, Kisah Anak Deddy Dores Jadi Tukang Ojek dan Kuli Bangunan/ Foto: instagram @dorescalvin
Tak sampai di sana, Calvin bahkan pernah mencicipi jadi kuli bangunan. Ia pun bercerita, ketika menjadi kuli ia pernah makan hanya sekali sehari.

"Makan sehari aja saya bisa, kadang enggak makan, kalau kuli itu kita dikasih makan, jadi uang pesangon, bayaran kita terus makan, itu biasanya mandor yang bayar," tuturnya.

Meski begitu, bagi Calvin, kehidupan yang sulit telah mengajarkannya banyak hal. Salah satunya tentang lebih menghargai terhadap sebuah pekerjaan.

"Hikmah yang saya ambil, ternyata bekerja di menengah ke bawah itu, nyari uang enggak gampang," tukasnya.

Jalan hidup yang dilalui Calvin sekarang mungkin adalah pilihannya, Bunda. Bicara soal pilihan hidup, menurut psikolog Liraz Margalit, Ph.D., ketika kita dihadapkan dengan banyak pilihan, kita biasanya takut membuat keputusan yang salah.

"Ketika hanya ada dua opsi, kita memiliki peluang 50 persen untuk memilih benar, namun ketika ada lima opsi, peluang kita berkurang jadi 20 persen," ujar Margalit, dilansir Psychology Today.

Menurut Margalit, kesadaran bahwa mungkin ada pilihan yang lebih baik akan memicu individu untuk menemukannya. Di samping itu, Margalit pun menekankan bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensi yang nantinya mesti dijalankan individu tersebut.


Simak juga cara olahraga bareng anak dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

(yun/muf)

Let's block ads! (Why?)

https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMiemh0dHBzOi8vd3d3LmhhaWJ1bmRhLmNvbS9wYXJlbnRpbmcvMjAxOTEyMjYxNDQ2NTAtNjItNzM4MTgvbWlyaXMta2lzYWgtYW5hay1kZWRkeS1kb3Jlcy1qYWRpLXR1a2FuZy1vamVrLWRhbi1rdWxpLWJhbmd1bmFu0gEA?oc=5

No comments:

Post a Comment